“Hei
Rijal…ngapain ente buru-buru gitu, kaya dikejar jin asrama aja” teriak
dzul yang emang demen banget dengan suaranya yang lantang, makanya dia
suka ada di masjid sebelum waktunya, mau ngapain lagi kalau bukan pengen
azan…
Dzul dan rijal itu mahasiswa disalah satu universitas swasta di
Bogor dan mereka tinggal di asrama yang memang disediakan pihak
universitas untuk mahasiswa yang tinggal jauh dari kampus, Dzul dan
Rijal sama-sama dari Makasar ”ane mau ke masjid” teriak rijal sambil
berlari kecil. “ke masjid? Bukannya sholat zuhur masih 2 jam lagi?” “eh
dzul si Rijal kenapa lari-lari begitu?” kata Ahmad yang tiba-tiba nongol
dipintu depan kamarnya, Ahmad juga penghuni asrama itu, mereka bertiga
menempati kamar yang berbeda. “ga tau katanya sih mau kemasjid” kata
dzul “tumben tuh anak datang kemasjid awal banget, jangan-jangan pengen
ngerasain azan” sahut Ahmad ga jelas karena mulutnya lagi nguyah permen
karet. “emangnya azan itu makanan pake pengen dirasain” kata Dzul yang
kemudian duduk di depan kamarnya sambil selonjoran kaki,
Ahmad Cuma
senyum-senyum lalu mengikuti dzul duduk. Setelah agak lama mereka saling
terdiam dengan pikirannya masing-masing, tiba-tiba Ahmad bangun dan
mengajal Dzul untuk menyusul Rijal “daripada kita di sini bengong ga
karuan mending kita susul Rijal, siapa tau dia butuh bantuan kita”, lalu
Dzul berdiri dan setelah menutup pintu mereka beranjak pergi ke Masjid.
Sampai
di Masjid mereka melihat Rijal sedang kebingungan mencari-cari sesuatu
di dalam masjid. “Hei jal ente cari apa?” kata Ahmad sambil menepuk
bahunya Rijal, “lagi cari kalung kecil talinya warna kuning dan
bandulnya warna hitam” sahut Rijal sambil matanya terus menyusuri
ruangan masjid, “ooo yang selalu ente gantung di tas itu?” timpal Dzul
yang kemudian ikut serta melakukan pencarian. “emang bagaimana ceritanya
sampai bisa lepas?”kata Dzul lagi, “ane sempat lepas tadi waktu sebelum
berangkat kuliah, mungkin ane kurang pas mengaitkannya lagi” jawab
Rijal sambil duduk bersandar didinding masjid yang dingin terkena
hembusan ac, ya.. masjid kampus sudah dipasangi ac sejak beberapa minggu
lalu, membuat jamaah makin betah untuk berlama-lama di masjid, sampai
ada yang ketiduran dan telat masuk kelas.
“Kita duduk di teras masjid
aja yuk”, ajak Ahmad sambil beranjak pergi menuju teras. Kemudian diikuti
oleh Dzul dan Rijal. “berharga banget ya tuh kalung buat ente?”. Tanya
Ahmad setelah mereka duduk diteras, “iya begitulah”, jawab Rijal pelan,
“Karena kalung itu adalah kalungnya kucing ane sikuning lanjut Rijal
masih dalam suara yang pelan, sesudah menghela nafas Rijal melanjutkan
ceritanya. “Sikuning ditemukan di depan rumah, waktu itu dia masih
kecil dan sangat kotor, kelihatannya juga lapar banget, yah.. sejak itu sikuning tinggal di rumah, dia kucing
yang patuh tapi manja, Huriah sangat menyayangi sikuning”.
“Siapa yang
memberi nama kucing itu dengan nama sikuning?”, tanya Dzul. “Yang memberi
nama kucing itu Huriah, karena dia suka banget dengan warna kuning,
makanya ane juga suka panggil Huriah dengan panggilan Yellow dan kalung
itu Huriah yang beli dari hasil celengannya”, jawab Rijal. “Terus kenapa
tuh kalung sekarang ada di ente?” Tanya Ahmad ga sabar, dia ingin segera
tau kenapa sih hanya gara-gara kalung Rijal bisa sesedih itu.
“Yah
sayangnya sikuning ga lama hidupnya, dia hanya 2 bulan bersama kami,
karena waktu sikuning sedang bermain diluar, dia tertabrak motor dan mati,
begitulah makanya kemudian kalung itu ane simpan sebagai
kenang-kenangan, Huriah ga mau menyimpannya, bikin sedih katanya, ane
rindu", kata Rijal sedih… ”Subhanallah ente rindu sama siapa, sama kucing
atau sama adik ente?”, celetuk Ahmad sambil mesem-mesem ngeliat kawannya
yang ternyata perasa juga…. ”ane rindu dengan keduanya, dua kuning yang
membuat hati ane terhibur” jawab Rijal.
Assalamualaikum…. tiba-tiba
terdengar suara lembut seorang akhwat yang membuat ketiganya tersentak
kaget karena mereka lagi pada bengong, entah sedang memikirkan siapa,
memikirkan sikuning, Yellow alias Huriah atau nasib kalungnya Rijal.”
Waalaikumsalam..”kompak mereka menjawab salam dan melihat sosok akhwat
cantik berjilbab kuning yang sudah ada dihadapan mereka, “ehem..ehem”
tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang dari belakang mereka,
ternyata sichitoz teman satu jurusan di PAI tapi chitoz ga tinggal di
asrama “akhwat ini namanya Tias”, kata chitoz “ dia menemukan kalung
dengan tali berwarna kuning, itu milik ente kan jal?”kata chitoz sambil
memperhatikan Dzul, Rijal dan Ahmad yang masih terus memandangi Tias,
dia geleng-geleng kepala lihat kelakuan ketiga temannya dan menegur
“udah ngeliatnya tar bisa-bisa ngeces deh”.
Langsung Dzul, Rijal dan
Ahmad menundukan kepala sambil senyum-senyum malu. “ini kalungnya, tadi
ana temukan di halaman masjid, waktu ana tanyakan, katanya ini milik
akhi” kata Tias menjelaskan yang kemudian memberikan kalung itu kepada
Rijal, dan kemudian langsung beranjak pergi sambil mengucapkan salam.
Setelah menerima kalung itu Rijal menggenggam kalungnya sambil tersenyum
sendiri, “hei Jal masih ada sisa ruang rindu ga?” Tanya Dzul ngeledek
“maksudnya?” Tanya Rijal lagi “masih ada satu kuning lagi tuh yang ente
bakalan rindu” ledek Dzul lagi, Rijal hanya tersenyum-senyum penuh arti
dan hanya mengucapkan Wallahualam…….lalu ketiganya tertawa dan langsung
pergi ketempat wudhu karena azan zuhur sudah berkumandang…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar