Jumat, 27 Juli 2012

Ruang Rindu Untuk Kuning

“Hei Rijal…ngapain ente buru-buru gitu, kaya dikejar jin asrama aja” teriak dzul yang emang demen banget dengan suaranya yang lantang, makanya dia suka ada di masjid sebelum waktunya, mau ngapain lagi kalau bukan pengen azan…

Dzul dan rijal itu mahasiswa disalah satu universitas swasta di Bogor dan mereka tinggal di asrama yang memang disediakan pihak universitas untuk mahasiswa yang tinggal jauh dari kampus, Dzul dan Rijal sama-sama dari Makasar ”ane mau ke masjid” teriak rijal sambil berlari kecil. “ke masjid? Bukannya sholat zuhur masih 2 jam lagi?” “eh dzul si Rijal kenapa lari-lari begitu?” kata Ahmad yang tiba-tiba nongol dipintu depan kamarnya, Ahmad juga penghuni asrama itu, mereka bertiga menempati kamar yang berbeda. “ga tau katanya sih mau kemasjid” kata dzul “tumben tuh anak datang kemasjid  awal banget, jangan-jangan pengen ngerasain azan” sahut Ahmad ga jelas karena mulutnya lagi nguyah permen karet. “emangnya azan itu makanan pake pengen dirasain” kata Dzul yang kemudian duduk di depan kamarnya sambil selonjoran kaki,

Ahmad Cuma senyum-senyum lalu mengikuti dzul duduk. Setelah agak lama mereka saling terdiam dengan pikirannya masing-masing, tiba-tiba Ahmad bangun dan mengajal Dzul untuk menyusul Rijal “daripada kita di sini bengong  ga karuan mending kita susul Rijal, siapa tau dia butuh bantuan kita”, lalu Dzul berdiri dan setelah menutup pintu mereka beranjak pergi ke Masjid.

Sampai di Masjid mereka melihat Rijal sedang kebingungan mencari-cari sesuatu di dalam masjid. “Hei jal ente cari apa?” kata Ahmad sambil menepuk bahunya Rijal, “lagi cari kalung kecil talinya warna kuning dan bandulnya warna hitam” sahut Rijal sambil matanya terus menyusuri ruangan masjid, “ooo yang selalu ente gantung di tas itu?” timpal Dzul yang kemudian ikut serta melakukan pencarian. “emang bagaimana ceritanya sampai bisa lepas?”kata Dzul lagi, “ane sempat lepas tadi waktu sebelum berangkat kuliah, mungkin ane kurang pas mengaitkannya lagi” jawab Rijal sambil duduk bersandar didinding masjid yang dingin terkena hembusan ac, ya.. masjid kampus sudah dipasangi ac sejak beberapa minggu lalu, membuat jamaah makin betah untuk berlama-lama di masjid, sampai ada yang ketiduran dan  telat masuk kelas.

“Kita duduk di teras masjid aja yuk”, ajak Ahmad sambil beranjak pergi menuju teras. Kemudian diikuti oleh Dzul dan Rijal. “berharga banget ya tuh kalung buat ente?”. Tanya Ahmad setelah mereka duduk diteras, “iya begitulah”, jawab Rijal pelan, “Karena kalung itu adalah kalungnya kucing ane sikuning lanjut Rijal masih dalam suara yang pelan, sesudah menghela nafas Rijal melanjutkan ceritanya. “Sikuning ditemukan di depan rumah, waktu itu dia masih kecil dan sangat kotor, kelihatannya juga lapar banget, yah.. sejak itu sikuning tinggal di rumah, dia kucing yang patuh tapi manja, Huriah sangat menyayangi sikuning”.

“Siapa yang memberi nama kucing itu dengan nama sikuning?”, tanya Dzul. “Yang memberi nama kucing itu Huriah, karena dia suka banget dengan warna kuning, makanya ane juga suka panggil Huriah dengan panggilan Yellow dan kalung itu Huriah yang beli dari hasil celengannya”, jawab Rijal. “Terus kenapa tuh kalung sekarang ada di ente?” Tanya Ahmad ga sabar, dia ingin segera tau kenapa sih hanya gara-gara kalung Rijal bisa sesedih itu.

“Yah sayangnya sikuning ga lama hidupnya, dia hanya 2 bulan bersama kami, karena waktu sikuning sedang bermain diluar, dia tertabrak motor dan mati, begitulah makanya kemudian kalung itu ane simpan sebagai kenang-kenangan, Huriah ga mau menyimpannya, bikin sedih katanya, ane rindu", kata Rijal sedih… ”Subhanallah ente rindu sama siapa, sama kucing atau sama adik ente?”, celetuk Ahmad sambil mesem-mesem ngeliat kawannya yang ternyata  perasa juga…. ”ane rindu dengan keduanya, dua kuning yang membuat hati ane terhibur” jawab Rijal.

Assalamualaikum…. tiba-tiba terdengar suara lembut seorang akhwat yang membuat ketiganya tersentak kaget karena mereka lagi pada bengong, entah sedang memikirkan siapa, memikirkan sikuning, Yellow alias Huriah atau nasib kalungnya Rijal.” Waalaikumsalam..”kompak mereka menjawab salam dan melihat sosok  akhwat  cantik  berjilbab kuning yang sudah ada dihadapan mereka, “ehem..ehem” tiba-tiba terdengar suara deheman seseorang dari belakang mereka, ternyata sichitoz teman satu jurusan di PAI tapi chitoz ga tinggal di asrama  “akhwat ini namanya Tias”, kata chitoz “ dia menemukan kalung dengan tali berwarna kuning, itu milik ente kan jal?”kata chitoz sambil memperhatikan Dzul, Rijal dan Ahmad yang masih terus memandangi Tias,  dia geleng-geleng kepala lihat kelakuan ketiga temannya dan menegur “udah ngeliatnya tar bisa-bisa  ngeces  deh”.

Langsung Dzul, Rijal dan Ahmad menundukan kepala sambil senyum-senyum malu. “ini kalungnya, tadi ana temukan di halaman masjid, waktu ana tanyakan, katanya ini milik akhi” kata Tias menjelaskan yang kemudian memberikan kalung itu kepada Rijal, dan kemudian langsung beranjak pergi sambil mengucapkan salam. Setelah menerima kalung itu Rijal menggenggam kalungnya sambil tersenyum sendiri, “hei Jal masih ada sisa ruang rindu ga?” Tanya Dzul ngeledek “maksudnya?” Tanya Rijal lagi “masih ada satu kuning lagi tuh yang ente bakalan rindu” ledek Dzul lagi, Rijal hanya tersenyum-senyum penuh arti dan hanya mengucapkan Wallahualam…….lalu ketiganya tertawa dan langsung pergi ketempat wudhu karena azan zuhur sudah berkumandang…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar